MAKNA
A. PENGANTAR
Persoalan makna
merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Reklame yang
dipasang di tepi-tepi jalan ada yang bertuliskan /lezzzat/. Pada mulanya penulis tidak memahami apa yang dimaksud
oleh pemasang iklan. Lama-lama mengerti juga, oh yang dimaksud adalah lezat,
enak, sedap. Ketidakmengertian itu muncul karena penulisan yang tampak.
Seandainya ditulis lezat tentu akan langsung dipahami.
Di depan lampu pengatur lalu lintas
sering tertera urutan kata: belok kiri
jalan terus. Untuk pemakai jalan tidak menafsirkannya berjalan terus atau
lurus yang akan mengakibatkan tabrakan, tetapi menafsirkannya: jika ingin
membelok ke kiri diperbolehkan jalan terus. Kasus-kasus tersebut masih boleh
diperpanjang. Kasus-kasus seperti itu memperlihatkan adanya beban yang terdapat
dalam kata-kata yang digunakan, yakni makna.
B. ISTILAH MAKNA
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk
makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep
dalambidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang
coba dijelaskan oleh para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha
menjelaskan makna, yakni: (i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii)
mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam
proses komunikasi (Kempson, 1977:11). Dalam hubungan ini Kempson berpendapat
untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii)
kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi.
Di dalam buku The Meaning (Ogden and Richards, 1972:186-187) telah dikumpulkan
tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Bagi orang awam, untuk memahami
makna kata tertentu ia dapat mencari kamus, sebab di dalam kamus terdapat makna
yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan
makna yang terdapat di dalam kamus, sebab makna dengan kata lain setiap kata
kadang-kadang orang tidak puas dengan makna kata yang tertera di dalam
kamus. Hal-hal ini muncul jika orang
bertemu atau berhadapan dengan idiom, gaya bahasa, metafora, peribahasa, dan
ungkapan.
C. BATASAN MAKNA
Di dalam KBBI (Depdikbud, 1993:619) kata makna diartikan: (i) arti,
(ii) maksud pembicara atau penulis, (iii) pengertian yang diberikan kepada
suatu bentuk kebahasaan. Stevenson (Shipley, 1962:261) berpendapat, jika
seseorang menafsirkan makna sebuah lambang, berarti ia memikirkan sebagaimana
mestinya tentang lambang tersebut, yakni suatu keinginan untuk menghasilkan
jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi tertentu pula.
Memang sulit memberikan bataan
tentang makna. Tiap linguis memberikan batasan makna sesuai dengan bidang ilmu
yang merupakan keahliannya. Itu tidak mengherankan karena kata dan kalimat yang
mengandung makna adalah milik pemakai bahasa. Karena pemakai bahasa bersifat
dinamis yang kadang-kadang memperluas makna suatu kata ketika ia berkomunikasi
sehingga makna kata dapat saja berubah.
D. PENDEKATAN
MAKNA
Makna dapat
dibedakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik atau referensial dan
pendekatan rasional. Pendekatan analitik mencari makna dengan cara
menguraikannya atas segmen-segmen utama, sedangkan pendekatan operasional mempelajari kata dalam penggunaannya.
Pendekatan operasional lebih menekankan bagaimana kata dioperasikan di dalam
tindak fonesi sehari-hari. Sebagai contoh pada kata istri, dilihat dari
pendekatan analitik kata istri dapat diuraikan menjadi perempuan, telah
bersuami, kemungkinan telah beranak, manusia, dsb. Sedangkan dilihat dari
pendekatan operasional, akan terlihat dari kemungkinan pemunculannya dalam
kalimat-kalimat, misalnya: Si Dulah mempunyai istri, Istri si Ali telah
meninggal.
Selain dua
pendekatan ini, pendekatan makna dapat dilihat pula dari hubungan-hubungan
fungsi yang berbeda di dalam bahasa. Pendekatan tersebut adalah pendekatan
ekstensional dan pendekatan intensional. Pendekatan ekstensional menunjuk pada
keseluruhan, kejadian, abstraksi atau reaksi pembicara terhadap satuan-satuan.
Misal jika kita melihat kendaraan bertabrakan, maka dengan cepat kita berkata
“ada kecelakaan”.
Sebaliknya, pendekatan intensional memusatkan perhatian pada struktur-struktur konseptual
yang berhubungan dengan unit linguistik tertentu dan meramalkan bagaimana
unit-unit tersebut dapat digunakan di
dalam usaha memaknakan acuan tertentu.
E. ASPEK-ASPEK
MAKNA
1.
Pengertian
Pengertian di
sebut juga tema. Pengertian dapat dicapai apabila antara pembicara dan kawan
bicara, antara penulis dan pembaca terdapat kesamaan bahasa. Misalnya, kalau
kita ingin memberitahukan tentang cuaca, katakanlah hari ini hujan, maka yang pertama-tama harus ada yakni pendengar
mempunyai pengertian tentang satuan-satuan hari ini dan hujan. Kalau antara
pembicara dan pendengar mempunyai kesamaan pengertian mengenai satuan-satuan
ini, maka pendengar mengerti apa yang kita maksudkan.
2.
Nilai Rasa
Dalam kehidupan
sehari-hari selamanya kita berhubungan dengan rasa dan perasaan. Katakanlah
kita dingin, jengkel, terharu, gembira, dan untuk menggambarkan hal-hal yang
berhubungan dengan aspek perasaan tersebut, kita gunakan kata-kata yang sesuai.
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa asa kaitannya dengan sikap
pembicara terhadap apa yang sedang dibicarakan. Misalnya, kalau kita berkata
“Saya akan pergi” sebenarnya ada dorongan perasaan untuk pergi atau kalau kita
berkata “Saya minta roti” karena benar-benar ada dorongan perasaan yang
menyebabkan kita minta roti.
3.
Nada
Aspek makna nada
adalah sikap pembicara kepada kawan bicara. Dalam karya satra, nada berhubungan
dengan sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Berdasarkan pengertian ini,
tentu saja pembicara akan memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan
bicara atau keadaan pembicara sendiri. Misal kita berhadapan dengan orang tua
yang meskipun orant tua tersebut tidak kita kenal, kita pasti memilih kata yang
sesuai dengan orant tua tersebut.
4.
Maksud
Aspek makna maksud
merupakan maksud, senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.
Biasanya kalau kita mengatakan sesuatu memang ada maksud yang kita inginkan.
Misalnya orang berkata “hei,akan hujan”. Pembicara itu mengingatkan pendengar
untuk cepat-cepat pergi, bawa payung, menunda keberangkatan.
F.
JENIS MAKNA
No.
|
Jenis
|
Pengertian
|
1
|
Afektif
|
Merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca
terhadap penggunaan kata atau kalimat. Makna afektif juga berhubungan dalam
dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan
gaya bahasa. Misalnya seseorang berkata “Datang-datanglah ke pondok bruruk
kami”. Urutan kata pondok buruk mengandung makna afektif, yakni merendahkan
diri.
|
2
|
Denotatif
|
Adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi
satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa
adanya, sifatnya objektif. Makna denotatif didasarkan atas penujukan yang
lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi
tertentu. Contoh yakni kata menggarap. Maknanya selalu dikaitkan dengan
menggarap tanah, membajak, mengupayakan agar tanah menghasilkan sesuatu yang
bernilai ekonomi.
|
3
|
Deskriptif
|
Adalah makna yang terkandung dalam kata itu pada masa sekarang.
Contohnya kata rangkap. Dewasa ini kata rangkap selalu dikaitkan dengan upaya
menjadikan sesuatu ganda atau kembar.
|
4
|
Ekstensi
|
Adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep
(Harimurti, 1982:103). Makna ekstensi mencakup semua makna atau kemungkinan
makna yang muncul dalam kata. Misalnya kata kepala yang mencakup makna bagian tubuh yang ada di atas leher
manusia dan beberapa jenis hewan, merupakan otak, pusat jaringan saraf, dan
beberapa pusat indra.
|
5
|
Emotif
|
Adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau
sikap pembicara mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan. Misal pada kata kerbau yang muncul pada urutan kata engkau kerbau. Kata kerbau ini
menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar atau mengandung kata emosi.
Kata kerbau dihubungkan dengan perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai
penghinaan.
|
6
|
Gereflekter
|
Makna gereflekter muncul dalam hal makna konseptual yang jamak
dan muncul akibat reaksi kita terhadap makna yang lain. Makna gereflekter
tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang berhubungan dengan
kata atau ungkapan tabu. Misalnya yang berhubungan seksual, kepercayaan atau
kebiasaan. Contoh kata bersetubuh, ereksi, ejakulasi adalah kata yang
mengandung makna gereflekter.
|
7
|
Gramatikal
|
Makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Kata
mata mengandung makna leksikal alat atau indra yang terdapat di kepala
berfungsi untuk melihat. Namun kata mata ditempatkan dalam kalimat, misalnya
“hei, mana matamu ?” kata mata tidak mengacu lagi pada makna alat untuk
melihat atau tidak menunjuk pada indra untuk melihat, tetapi menunjuk pada
cara bekerja, cara mengerjakan yang hasilnya kotor, tidak baik.
|
8
|
Ideasional
|
Adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki
konsep. Misal ada kata partisipasi. Orang mengerti ide apa yang hendak ditonjolkan
di dalam kata partisipasi. Partisipasi berarti mengajak untuk ikut di dalam
suatu kegiatan.
|
9
|
Intensi
|
Adalah makna yang menekankan maksud pembicara. Misalnya pada kata
roti yang muncul dalam kalimat “saya minta roti, saya mau menyimpan roti, saya
mengambil roti”. Kalimat-kalimat ini memperlihatkan maksud yang ada pada
pembicara. Dengan adanya kata lain yang mendampingi kata roti, bukan saja
makna kata roti itu terpengaruh, tetapi yeng penting maksud pembicara yang
berhubungan dengan roti.
|
10
|
Khusus
|
Adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada
bidang tertentu. Ambilah kata operasi. Bagi dokter atau orang yang bekerja
dirumah sakit makna kata operasi
dikhususkan pada upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoperasi
sebagian anggota tubuh pasien. Sedangkan, bagi militer makna kata operasi
dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan, dan kalau mungkin
menumpas perlawanan musuh.
|
11
|
Kiasan
|
Adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Makna
kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat dalam kata tersebut.
Misal kata bintang lapangan bermakna orang yang terampil bermain sepak bola.
Contoh lain yaitu bintang film, bintang layar perak.
|
12
|
Kognitif
|
Makna kognitif dibedakan atas: 1) hubungan antara kata dan benda
atau yang diacu, ini disebut ekstensi atau denotasi kata, 2) hubungan antar
kata dan karakteristik tertentu, ini disebut konotasi kata. Makna kognitif
adalah makna yang ditujukan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat
dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat
dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Misalkan kata pohon bermakna
tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang berkata pohon terbayang
pada kita bagaimana bentuknya.
|
13
|
Kolokasi
|
Makna kolokasi biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa
kata didalam lingkungan yang sama. Apabila seseorang berkata garam, gula,
ikan, sayu, terong, tomat, kata-kata ini berhubungan dengan lingkungan dapur.
|
14
|
Konotatif
|
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai
bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta berpendapat
makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai
mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Contoh pada kata amplop yang bermakna
sampul, berfungsi tempat mengisi surat
yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor instansi.
|
15
|
Konseptual
|
Makna konseptual merupakan hal yang esensial didalam suatu
bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita menghubungkan atau
membandingkanpada tataran bahasa. Misalnya,
konsonan/b/berciri+bilabial+stop,-masal. Prinsip struktur unsurnya misalnya
kata nyonya dapat dianalisis menjadi: +manusia+dewasa. Kata buku dapat
dianalisis menjadi: +nama benda+benda padat+digunakan sebagai tmpat
menulis+digunakan oleh murid-murid ata mahasiswa; -manusia;- berkaki dua.
|
16
|
Leksikal
|
Adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam
bentuk leksem atau berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, yang dapat
dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Misalnya dalam BI terdapat kata gawang
yang diartikan : dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian
atas, tiang berpalangsebagai tempat sasaran memasukan bola.
|
17
|
Konstruksi
|
Makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam suatu konstruksi
kebahasaan. Misalnya makna milik atau yang menyatakan kepunyaan di dalam BI
dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunaklan akhiran punya.
Orang dapat mengatakan mobil si Yopi, tasmu.
|
18
|
Kontekstual
|
Makna kontekstual muncul akibat hubungan antara ujaran dan
konteks. Konteks berwujud dalam banyak hal, yakni : (1) Konteks orangan :
memaksa pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh kawan
bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi, latar
belakang pendidikan. (2) konteks situasi berkaitan dengan situasi. Misalnya
situasi kedukaan. (3) konteks tujuan misalnya tujuan untuk meminta, contoh
pada kata saya minta roti. (4) konteks formal. (5) konteks suasana hati. (6)
konteks waktu misalnya waktu akan tidur. (7) konteks tempat misalnya di
pasar, di depan bioskop. (8) konteks objek misalnya fokus pembicaraan adalah
soal ekonomi. Orang akan mencari kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi.
(9) konteks kelengkapan alat bicara/dengar akan mempengaruhi makna kata yang
digunakan. Misalnya kata tumpul dapat dilafalkan tumpu. (10)konteks
kebahasaan.
|
19
|
Lokusi
|
Makna lokusi (ujaran) ada 3 macam, yakni : tindak lokusi yang
mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran, ilokusi
yaitu pengujaran suatu pernyataan, janji, perlokusi hasil atau eefek yang
ditimbulkan ujaran itu pada pihak pendengar sesuai dengan konteks. Misalnya
kata atau kalimat “Rumahmu bersih”.
|
20
|
Piktorial
|
Adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembacah
terhadap kata yang didengar atau dibaca. Misalnya dalam BI terdapa kata
kakus, orang yang mendengar atau membaca kata kakus akan terbayang hal-hal
yang berhubungan dengan kakus, ,isal baunya, warna kotoran yang masuk dalam
kakus, bentuk kotoran itu sendiri, dsb.
|
21
|
Proporsional
|
Adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi
pengertiannya tentang sesuatu. Misalkan kalau seseorang mengujarkan sudut
siku-siku pasti 90 derajat.
|
22
|
Pusat
|
Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap
kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Dalam BI
terdapat kata –kata malam, meja, melihat, tinggi. Kata meja termasuk kategori
nominal, kata melihat termasuk kategori verbal, kata tinggi termasuk kategori
ajektif, dan kata malam tergolong kategori adverb.
|
23
|
Refrensial
|
Adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk
oleh kata. Makna referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang
langsungmenunjuk pada sesuatu, apakah benda, gejala, kenyataan, peristiwa, proses,
sifat. Misal, kalau seseoran mengatakan marah, maka yang diacu adalah gejala
marah, seperti muka yang cemberut, diam, kalau bicara menggunakan bahasa yang
bernada tinggi yang kadang-kadang diikuti dengan anggota badan.
|
24
|
Sempit
|
Makna sempit merupakan makna yang berwujud sempit pada
keseluruhan ujaran. Makna sempit biasa disebut khusus. Misal, kalau seseorang
mengujarkan “Berikan gudang garam padanya”, urutan kata gudang garam mengacu
kepada rokok yang berlabel gudang garam, rokok kretek yang bernama gudang
garam. Orang yang diminta untuk memberikan rokok pasti akan mengambil rokok
kretek yang bernama gudang garam. Pengertian rokok lebih menyempit pada rokok
yang berlabel gudang garam.
|
25
|
Luas
|
Makna luas menunjukan bahwa makna yang terkandung pada sebuah
kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Contoh kata sekolah yang muncul
dalam kalimat “Sekolah kami menang”. Makna kata sekolah dalam kalimat
tersebut bukan saja mencakup gedungnya tapi juga guru-guru, peserta didik dan
pegawai tata usaha sekolah yang bersangkutan.
|
26
|
Stilistika
|
Adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Kita mengenal
beberapa pemakaian bahasa, misalnya dialek, pemakaian bahasa di dalam situasi
resmi, pemkaian bahasa dalam karya sastra, dan pemkaian bahasa di pasar.
Makna stilistika berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek.
Efek tersebut lebih banyak berhubungan dengan emosi dan perasaan. Perasaan
yang muncul berupa kata-kata gembira, jengkel, kasihan, menolak, sedih,
setuju, terharu, terkesima.
|
27
|
Tekstual
|
Adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara
keseluruhan. Contoh koran harian
kompas menurunkan berita yang didalamnya terdapat kata menjurus. Kata
menjurus baru dapat dipahami atau dimengerti setelah membaca keseluruhan
teks.
|
28
|
Tematis
|
Makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh
pembicara atau penulis baik melalui kata-kata, fokus pembicaraan maupun
penekanan pembicaraan. Misal pada kalima “Ali, anak dokter Bagus, meninggal
kemarin” maka makna yang diinformasikan yakni anak dokter Bagus yang
meninggal kemarin.
|
29
|
Umum
|
Adalah makna yang menyangkut keaseluruhan atau semuanya, tidak
menyangkut yang khusus atau tertentu. Makan umum juga dikatan makna yang luas
pengertiaanya. Contoh kata guru. Orang mengatakan guru adalah orang yang
pekerjaan, mata pencahariaannya, profesinya mengajar. Makna ini bersifat
umum.
|
REFERENSI: Pateda, Mansoer. 2010. Semantik
Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta