Senin, 14 Maret 2016

SEMANTIK LEKSIKAL



MAKNA

A.  PENGANTAR
                        Persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Reklame yang dipasang di tepi-tepi jalan ada yang bertuliskan /lezzzat/. Pada mulanya penulis tidak memahami apa yang dimaksud oleh pemasang iklan. Lama-lama mengerti juga, oh yang dimaksud adalah lezat, enak, sedap. Ketidakmengertian itu muncul karena penulisan yang tampak. Seandainya ditulis lezat tentu akan langsung dipahami.
            Di depan lampu pengatur lalu lintas sering tertera urutan kata: belok kiri jalan terus. Untuk pemakai jalan tidak menafsirkannya berjalan terus atau lurus yang akan mengakibatkan tabrakan, tetapi menafsirkannya: jika ingin membelok ke kiri diperbolehkan jalan terus. Kasus-kasus tersebut masih boleh diperpanjang. Kasus-kasus seperti itu memperlihatkan adanya beban yang terdapat dalam kata-kata yang digunakan, yakni makna.

B.  ISTILAH MAKNA
            Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah, sebab bentuk ini mempunyai konsep dalambidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Ada tiga hal yang coba dijelaskan oleh para filusuf dan linguis sehubungan dengan usaha menjelaskan makna, yakni: (i) menjelaskan makna kata secara alamiah, (ii) mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan (iii) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Kempson, 1977:11). Dalam hubungan ini Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi: (i) kata; (ii) kalimat; dan (iii) apa yang dibutuhkan pembicara untuk berkomunikasi.
            Di dalam buku The Meaning (Ogden and Richards, 1972:186-187) telah dikumpulkan tidak kurang dari 22 batasan mengenai makna. Bagi orang awam, untuk memahami makna kata tertentu ia dapat mencari kamus, sebab di dalam kamus terdapat makna yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan makna yang terdapat di dalam kamus, sebab makna dengan kata lain setiap kata kadang-kadang orang tidak puas dengan makna kata yang tertera di dalam kamus.  Hal-hal ini muncul jika orang bertemu atau berhadapan dengan idiom, gaya bahasa, metafora, peribahasa, dan ungkapan.

C.  BATASAN MAKNA
            Di dalam KBBI (Depdikbud, 1993:619) kata makna  diartikan: (i) arti, (ii) maksud pembicara atau penulis, (iii) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Stevenson (Shipley, 1962:261) berpendapat, jika seseorang menafsirkan makna sebuah lambang, berarti ia memikirkan sebagaimana mestinya tentang lambang tersebut, yakni suatu keinginan untuk menghasilkan jawaban tertentu dengan kondisi-kondisi tertentu pula.
            Memang sulit memberikan bataan tentang makna. Tiap linguis memberikan batasan makna sesuai dengan bidang ilmu yang merupakan keahliannya. Itu tidak mengherankan karena kata dan kalimat yang mengandung makna adalah milik pemakai bahasa. Karena pemakai bahasa bersifat dinamis yang kadang-kadang memperluas makna suatu kata ketika ia berkomunikasi sehingga makna kata dapat saja berubah.

D.  PENDEKATAN MAKNA
            Makna dapat dibedakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik atau referensial dan pendekatan rasional. Pendekatan analitik mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama, sedangkan pendekatan operasional  mempelajari kata dalam penggunaannya. Pendekatan operasional lebih menekankan bagaimana kata dioperasikan di dalam tindak fonesi sehari-hari. Sebagai contoh pada kata istri, dilihat dari pendekatan analitik kata istri dapat diuraikan menjadi perempuan, telah bersuami, kemungkinan telah beranak, manusia, dsb. Sedangkan dilihat dari pendekatan operasional, akan terlihat dari kemungkinan pemunculannya dalam kalimat-kalimat, misalnya: Si Dulah mempunyai istri, Istri si Ali telah meninggal.
            Selain dua pendekatan ini, pendekatan makna dapat dilihat pula dari hubungan-hubungan fungsi yang berbeda di dalam bahasa. Pendekatan tersebut adalah pendekatan ekstensional dan pendekatan intensional. Pendekatan ekstensional menunjuk pada keseluruhan, kejadian, abstraksi atau reaksi pembicara terhadap satuan-satuan. Misal jika kita melihat kendaraan bertabrakan, maka dengan cepat kita berkata “ada kecelakaan”.
Sebaliknya, pendekatan intensional memusatkan  perhatian pada struktur-struktur konseptual yang berhubungan dengan unit linguistik tertentu dan meramalkan bagaimana unit-unit  tersebut dapat digunakan di dalam usaha memaknakan acuan tertentu.

E.  ASPEK-ASPEK MAKNA
1.    Pengertian
            Pengertian di sebut juga tema. Pengertian dapat dicapai apabila antara pembicara dan kawan bicara, antara penulis dan pembaca terdapat kesamaan bahasa. Misalnya, kalau kita ingin memberitahukan tentang cuaca, katakanlah hari ini hujan, maka yang pertama-tama harus ada yakni pendengar mempunyai pengertian tentang satuan-satuan hari ini dan hujan. Kalau antara pembicara dan pendengar mempunyai kesamaan pengertian mengenai satuan-satuan ini, maka pendengar mengerti apa yang kita maksudkan.
2.    Nilai Rasa
            Dalam kehidupan sehari-hari selamanya kita berhubungan dengan rasa dan perasaan. Katakanlah kita dingin, jengkel, terharu, gembira, dan untuk menggambarkan hal-hal yang berhubungan dengan aspek perasaan tersebut, kita gunakan kata-kata yang sesuai. Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa asa kaitannya dengan sikap pembicara terhadap apa yang sedang dibicarakan. Misalnya, kalau kita berkata “Saya akan pergi” sebenarnya ada dorongan perasaan untuk pergi atau kalau kita berkata “Saya minta roti” karena benar-benar ada dorongan perasaan yang menyebabkan kita minta roti.
3.    Nada
            Aspek makna nada adalah sikap pembicara kepada kawan bicara. Dalam karya satra, nada berhubungan dengan sikap penyair atau penulis terhadap pembaca. Berdasarkan pengertian ini, tentu saja pembicara akan memilih kata-kata yang sesuai dengan keadaan kawan bicara atau keadaan pembicara sendiri. Misal kita berhadapan dengan orang tua yang meskipun orant tua tersebut tidak kita kenal, kita pasti memilih kata yang sesuai dengan orant tua tersebut.
4.    Maksud
            Aspek makna maksud merupakan maksud, senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Biasanya kalau kita mengatakan sesuatu memang ada maksud yang kita inginkan. Misalnya orang berkata “hei,akan hujan”. Pembicara itu mengingatkan pendengar untuk cepat-cepat pergi, bawa payung, menunda keberangkatan.

F.   JENIS MAKNA
No.
Jenis
Pengertian
1
Afektif
Merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Makna afektif juga berhubungan dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula dengan gaya bahasa. Misalnya seseorang berkata “Datang-datanglah ke pondok bruruk kami”. Urutan kata pondok buruk mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri.
2
Denotatif
Adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa yang diterapi satuan bahasa itu secara tepat. Makna denotatif adalah makna polos, makna apa adanya, sifatnya objektif. Makna denotatif didasarkan atas penujukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan pada konvensi tertentu. Contoh yakni kata menggarap. Maknanya selalu dikaitkan dengan menggarap tanah, membajak, mengupayakan agar tanah menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi.
3
Deskriptif
Adalah makna yang terkandung dalam kata itu pada masa sekarang. Contohnya kata rangkap. Dewasa ini kata rangkap selalu dikaitkan dengan upaya menjadikan sesuatu ganda atau kembar.
4
Ekstensi
Adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep (Harimurti, 1982:103). Makna ekstensi mencakup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam kata. Misalnya kata kepala yang mencakup makna bagian tubuh yang ada di atas leher manusia dan beberapa jenis hewan, merupakan otak, pusat jaringan saraf, dan beberapa pusat indra.
5
Emotif
Adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai apa yang dipikirkan dan dirasakan. Misal pada kata kerbau yang muncul pada urutan kata engkau kerbau. Kata kerbau ini menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar atau mengandung kata emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan.
6
Gereflekter
Makna gereflekter muncul dalam hal makna konseptual yang jamak dan muncul akibat reaksi kita terhadap makna yang lain. Makna gereflekter tidak saja muncul karena sugesti emosional, tetapi juga yang berhubungan dengan kata atau ungkapan tabu. Misalnya yang berhubungan seksual, kepercayaan atau kebiasaan. Contoh kata bersetubuh, ereksi, ejakulasi adalah kata yang mengandung makna gereflekter.
7
Gramatikal
Makna yang muncul akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Kata mata mengandung makna leksikal alat atau indra yang terdapat di kepala berfungsi untuk melihat. Namun kata mata ditempatkan dalam kalimat, misalnya “hei, mana matamu ?” kata mata tidak mengacu lagi pada makna alat untuk melihat atau tidak menunjuk pada indra untuk melihat, tetapi menunjuk pada cara bekerja, cara mengerjakan yang hasilnya kotor, tidak baik.
8
Ideasional
Adalah makna yang muncul akibat penggunaan kata yang memiliki konsep. Misal ada kata partisipasi. Orang mengerti ide apa yang hendak ditonjolkan di dalam kata partisipasi. Partisipasi berarti mengajak untuk ikut di dalam suatu kegiatan.
9
Intensi
Adalah makna yang menekankan maksud pembicara. Misalnya pada kata roti yang muncul dalam kalimat “saya minta roti, saya mau menyimpan roti, saya mengambil roti”. Kalimat-kalimat ini memperlihatkan maksud yang ada pada pembicara. Dengan adanya kata lain yang mendampingi kata roti, bukan saja makna kata roti itu terpengaruh, tetapi yeng penting maksud pembicara yang berhubungan dengan roti.
10
Khusus
Adalah makna kata atau istilah yang pemakaiannya terbatas pada bidang tertentu. Ambilah kata operasi. Bagi dokter atau orang yang bekerja dirumah sakit  makna kata operasi dikhususkan pada upaya menyelamatkan nyawa orang dengan jalan mengoperasi sebagian anggota tubuh pasien. Sedangkan, bagi militer makna kata operasi dikhususkan dengan upaya melumpuhkan perlawanan lawan, dan kalau mungkin menumpas perlawanan musuh.
11
Kiasan
Adalah pemakaian kata yang maknanya tidak sebenarnya. Makna kiasan tidak sesuai lagi dengan konsep yang terdapat dalam kata tersebut. Misal kata bintang lapangan bermakna orang yang terampil bermain sepak bola. Contoh lain yaitu bintang film, bintang layar perak.
12
Kognitif
Makna kognitif dibedakan atas: 1) hubungan antara kata dan benda atau yang diacu, ini disebut ekstensi atau denotasi kata, 2) hubungan antar kata dan karakteristik tertentu, ini disebut konotasi kata. Makna kognitif adalah makna yang ditujukan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponennya. Misalkan kata pohon bermakna tumbuhan yang berbatang keras dan besar. Jika orang berkata pohon terbayang pada kita bagaimana bentuknya.
13
Kolokasi
Makna kolokasi biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata didalam lingkungan yang sama. Apabila seseorang berkata garam, gula, ikan, sayu, terong, tomat, kata-kata ini berhubungan dengan lingkungan dapur.
14
Konotatif
Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca. Zgusta berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Contoh pada kata amplop yang bermakna sampul, berfungsi tempat mengisi surat  yang akan disampaikan kepada orang lain atau kantor instansi.
15
Konseptual
Makna konseptual merupakan hal yang esensial didalam suatu bahasa. Makna konseptual dapat diketahui setelah kita menghubungkan atau membandingkanpada tataran bahasa. Misalnya, konsonan/b/berciri+bilabial+stop,-masal. Prinsip struktur unsurnya misalnya kata nyonya dapat dianalisis menjadi: +manusia+dewasa. Kata buku dapat dianalisis menjadi: +nama benda+benda padat+digunakan sebagai tmpat menulis+digunakan oleh murid-murid ata mahasiswa; -manusia;- berkaki dua.
16
Leksikal
Adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, yang dapat dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Misalnya dalam BI terdapat kata gawang yang diartikan : dua tiang yang dihubungkan dengan kayu palang pada bagian atas, tiang berpalangsebagai tempat sasaran memasukan bola.
17
Konstruksi
Makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam suatu konstruksi kebahasaan. Misalnya makna milik atau yang menyatakan kepunyaan di dalam BI dinyatakan dengan jalan membuat urutan kata atau menggunaklan akhiran punya. Orang dapat mengatakan mobil si Yopi, tasmu.
18
Kontekstual
Makna kontekstual muncul akibat hubungan antara ujaran dan konteks. Konteks berwujud dalam banyak hal, yakni : (1) Konteks orangan : memaksa pembicara untuk mencari kata-kata yang maknanya dipahami oleh kawan bicara sesuai dengan jenis kelamin, usia, latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan. (2) konteks situasi berkaitan dengan situasi. Misalnya situasi kedukaan. (3) konteks tujuan misalnya tujuan untuk meminta, contoh pada kata saya minta roti. (4) konteks formal. (5) konteks suasana hati. (6) konteks waktu misalnya waktu akan tidur. (7) konteks tempat misalnya di pasar, di depan bioskop. (8) konteks objek misalnya fokus pembicaraan adalah soal ekonomi. Orang akan mencari kata yang maknanya berkaitan dengan ekonomi. (9) konteks kelengkapan alat bicara/dengar akan mempengaruhi makna kata yang digunakan. Misalnya kata tumpul dapat dilafalkan tumpu. (10)konteks kebahasaan.
19
Lokusi
Makna lokusi (ujaran) ada 3 macam, yakni : tindak lokusi yang mengaitkan suatu topik dengan suatu keterangan dalam suatu ujaran, ilokusi yaitu pengujaran suatu pernyataan, janji, perlokusi hasil atau eefek yang ditimbulkan ujaran itu pada pihak pendengar sesuai dengan konteks. Misalnya kata atau kalimat “Rumahmu bersih”.
20
Piktorial
Adalah makna yang muncul akibat bayangan pendengar atau pembacah terhadap kata yang didengar atau dibaca. Misalnya dalam BI terdapa kata kakus, orang yang mendengar atau membaca kata kakus akan terbayang hal-hal yang berhubungan dengan kakus, ,isal baunya, warna kotoran yang masuk dalam kakus, bentuk kotoran itu sendiri, dsb.
21
Proporsional
Adalah makna yang muncul apabila seseorang membatasi pengertiannya tentang sesuatu. Misalkan kalau seseorang mengujarkan sudut siku-siku pasti 90 derajat.
22
Pusat
Makna pusat atau makna inti adalah makna yang dimiliki setiap kata meskipun kata tersebut tidak berada di dalam konteks kalimat. Dalam BI terdapat kata –kata malam, meja, melihat, tinggi. Kata meja termasuk kategori nominal, kata melihat termasuk kategori verbal, kata tinggi termasuk kategori ajektif, dan kata malam tergolong kategori adverb.
23
Refrensial
Adalah makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata. Makna referensial mengisyaratkan kepada kita tentang makna yang langsungmenunjuk pada sesuatu, apakah benda, gejala, kenyataan, peristiwa, proses, sifat. Misal, kalau seseoran mengatakan marah, maka yang diacu adalah gejala marah, seperti muka yang cemberut, diam, kalau bicara menggunakan bahasa yang bernada tinggi yang kadang-kadang diikuti dengan anggota badan.
24
Sempit
Makna sempit merupakan makna yang berwujud sempit pada keseluruhan ujaran. Makna sempit biasa disebut khusus. Misal, kalau seseorang mengujarkan “Berikan gudang garam padanya”, urutan kata gudang garam mengacu kepada rokok yang berlabel gudang garam, rokok kretek yang bernama gudang garam. Orang yang diminta untuk memberikan rokok pasti akan mengambil rokok kretek yang bernama gudang garam. Pengertian rokok lebih menyempit pada rokok yang berlabel gudang garam.
25
Luas
Makna luas menunjukan bahwa makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang dipertimbangkan. Contoh kata sekolah yang muncul dalam kalimat “Sekolah kami menang”. Makna kata sekolah dalam kalimat tersebut bukan saja mencakup gedungnya tapi juga guru-guru, peserta didik dan pegawai tata usaha sekolah yang bersangkutan.
26
Stilistika
Adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Kita mengenal beberapa pemakaian bahasa, misalnya dialek, pemakaian bahasa di dalam situasi resmi, pemkaian bahasa dalam karya sastra, dan pemkaian bahasa di pasar. Makna stilistika berhubungan dengan pemakaian bahasa yang menimbulkan efek. Efek tersebut lebih banyak berhubungan dengan emosi dan perasaan. Perasaan yang muncul berupa kata-kata gembira, jengkel, kasihan, menolak, sedih, setuju, terharu, terkesima.
27
Tekstual
Adalah makna yang timbul setelah seseorang membaca teks secara keseluruhan. Contoh  koran harian kompas menurunkan berita yang didalamnya terdapat kata menjurus. Kata menjurus baru dapat dipahami atau dimengerti setelah membaca keseluruhan teks.
28
Tematis
Makna tematis akan dipahami setelah dikomunikasikan oleh pembicara atau penulis baik melalui kata-kata, fokus pembicaraan maupun penekanan pembicaraan. Misal pada kalima “Ali, anak dokter Bagus, meninggal kemarin” maka makna yang diinformasikan yakni anak dokter Bagus yang meninggal kemarin.
29
Umum
Adalah makna yang menyangkut keaseluruhan atau semuanya, tidak menyangkut yang khusus atau tertentu. Makan umum juga dikatan makna yang luas pengertiaanya. Contoh kata guru. Orang mengatakan guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencahariaannya, profesinya mengajar. Makna ini bersifat umum.



 REFERENSI: Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta